Beberapa hari yang lalu, anda dikejutkan dengan melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika. Saat ini nilai tukar rupiah telah menyentuh angka lebih dari Rp 13.000,- per Dollar AS. Melemahnya nilai tukar rupiah ini secara langsung ataupun tidak langsung memberikan akibat terhadap transaksi perusahaan, khususnya perusahaan yang memakai kurs mata duit asing sebagai unsur dari transaksinya.
Bagaimana Cara Pengusaha Menghadapi Melemahnya Rupiah ?
Berikut ini, ada sejumlah hal yang bisa dipertimbangkan oleh UMKM atau para pengusaha dalam menghadapi melemahnya rupiah dan ketidakstabilan ekonomi Indonesia:
- Perbanyak kandungan bahan baku lokal
Kualitas bahan baku lokal ketika ini cukup dapat diandalkan dan bisa menjadi bahan pengganti bahan impor sempurna untuk produk UMKM. Selain dapat menekan biaya, menggunakan bahan baku lokal menunjukan sikap menghargai dan menyukai produk dalam negeri.
- Mulailah beranggapan global
Para pelaku UMKM telah bukan saatnya lagi melulu berkutat di pasar nasional. Sekarang telah saatnya guna memperluas jaringan basis pengembangan ekspor hasil buatan UMKM. Oleh karena itu, pelaku UMKM butuh belajar mengenali lebih dalam berhubungan perilaku pasar global dan kiat ekspor produk.
- Meningkatkan volume produksi
Untuk yang telah berbasis ekspor, inilah ketika yang tepat guna meningkatkan volume produksi. Tentunya harus diimbangi dengan perhitungan permintaan konsumen di luar negeri. Bila peluang ini dapat dimaksimalkan, maka deviden dari penguatan dolar dapat dirasakan dalam jangka panjang.
- Tetap optimistis
Meskipun menyaksikan bisnis di kanan-kiri mulai goyah, semua pelaku usaha mesti tetap optimistis. Pasalnya, Indonesia bukan satu-satunya negara yang nilai tukar mata dananya melemah terhadap dolar. Selain melemahnya rupiah, negara-negara maju pun mengalami penurunan seperti Jepang, Kanada, Eropa sampai Australia.
- Persiapkan diri menjelang MEA
Salah satu pasar yang paling menjanjikan untuk UMKM ialah perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean. Pelaku usaha mesti jeli memanfaatkan potensi pasar itu dengan memproduksi barang yang dapat diserap oleh konsumen di Asean.
Saat ini pengusaha lokal, terutama yang melakukan pekerjaan ekspor dan impor mempunyai strategi eksklusif dalam menanggulangi menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
Contoh jika Anda melakukan pembelian produk atau barang di Eropa, tidak boleh pakai Dolar AS, tapi pakai mata uang Euro. Dengan teknik seperti ini, perlahan-lahan pengusaha dapat meminimalisir ketergantungannya terhadap Dolar AS, sampai-sampai efek penguatan Dolar akan tidak banyak ditekan.
Bukan hanya itu, di tengah perekonomian yang menurun ini, pengusaha pun tertolong dengan adanya kebijakan yang sudah dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), khususnya pada empat kebijakan pada sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB). Pengusaha atau debitur mempunyai potensi penurunan kreditnya, OJK telah mengizinkan kreditur mengerjakan restrukturisasi. Di samping itu, OJK pun memiliki kebijakan yang dapat menolong sektor usaha UMKM dengan menurunkan tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), dari 22% menjadi melulu 12%.
Itulah sejumlah hal yang dapat dilakukan dan mulai diacuhkan pengusaha dalam menghadapi melemahnya rupiah ketika ini. Di samping itu, sebagai pengusaha, Anda pun tidak boleh melupakan pentingnya pembukuan dan proses akuntansi. Karena dengan pembukuan, pengusaha bisa mengelola keuangannya dengan baik. Dengan adanya pembukuan, pengusaha pun dapat dengan mudah memungut keputusan bisnis secara tepat dan cepat. Oleh karena itu sebaiknya persiapkan pembukuan dengan baik sehingga bisa mengatasi bisnis Anda dengan langkah yang tepat